Pada tahun 1876 Adolf Edward Meyer, seorang guru besar pada sekolah tinggi
pertanian dan balai percobaan pertanian Wegeningen, Belanda menemukan suatu
penyakit pada daun tanaman tembakau yang sangat menular, yaitu penyakit mosaik. Ia menduga bahwa penyakit itu
ditularkan oleh “zat semacam enzim yang
larut”.
Kemudian pada tahun 1892 seorang ahli botani Rusia yang bernama Dimitri
Ivanovski membacakan suatu laporan singkat di hadapan para anggota Akademi Ilmu
Pengetahuan Rusia tentang penyakit mosaik pada tanaman tembakau (Tobacco Mosaic Diseases). Dikemukakan
bahwa dalam getah daun-daun tembakau yang diserang penyakit mosaik ditemukan
adanya suatu partikel yang dapat lolos dari saringan Chamberland (saringan
porselen yang tidak dapat dilalui bakteri). Partikel-partikel tersebut dapat
menyebabkan daun-daun tembakau berkerut dan berbintik-bintik, yang kemudian
partikel tersebut dikenal sebagai Tobacco
Mosaic Virus (TMV).
Tanpa mengetahui riset Ivanovski, pada tahun 1895, seorang ahli
mikrobiologi Belanda yang bernama Dr. Martinus W. Beijerinck, melakukan
percobaan yang sama. Ia mengemukakan bahwa penyakit mosaik pada daun tembakau
disebabkan oleh partikel yang dapat melewati saringan bakteri. Ia juga berhasil
membuktikan bahwa zat penular penyakit mosaik tersebut berbeda secara esensial
dengan bakteri.
Beberapa ahli lainnya yang mengamati virus antara lain
sebagai berikut :
- Loffer dan Fronch, pada tahun 1897 menemukan virus penyebab penyakit mulut dan kuku (Foot and Mouth Diseases).
- Read, pada tahun 1900 menemukan virus penyebab demam kuning.
- Frederick W. Twort pada pada tahun1915 dan Felix d’Herelite pada tahun 1917, berhasil menemukan virus yang hidup pada bakteri (Bakteriofage).
- Wemdell M. Stanley pada tahun 1935 berhasil membuat kristal dari virus mosaik.
- Bawden dan Pirie pada tahun 1936 berhasil menemukan bahwa virus tersusun atas bahan nukleoprotein.
- Kausche, Pfankkuch dan Errnst Ruska pada tahun 1937 berhasil megamati partikel TMV untuk pertamakalinya dengan menggunakan mikroskop elektron.